Featured-Content

10.55 0 komentar

KEPEMIMPINAN | WIRAUSAHA




POKOK BAHASAN 2
KEPEMIMPINAN DALAM WIRAUSAHA

                                     
1.     TUJUAN  UMUM.
Diharapkan Mahasiswa mampu menjelaskan konsep Kepemimpinan dalam Wirausaha serta penerapannya dalam dunia empiris.
2.     TUJUAN KHUSUS.
     a.  Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan memberi contoh sikap kepemimpinan yang positif.
     b.  Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan factor-faktor yang dipertimbangkan dalam memimpin orang lain.
     c.  Mahasiswa dapat merumuskan suatu strategi dalam meningkatkan moral kerja karyawan.
3.     KATA KUNCI  :   Entrepreneurship,  Leadership.
4.     RANGKUMAN.
                 Kepemimpinan (Leadership) mempunyai arti yang luas, sehingga dalam proses penetapan definisi kepemimpinan didasarkan pada bagian-bagian alur piker para teoritukus.  Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak Pemimpin meskipun secara pribadi hal ini mungkin tidak disenangi. Ada tiga hal yang paling utama dalam penerapan kepemimpinan yaitu :
1.     Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan tertentu yang tidak dimiliki oleh SDM lainnya dalam organisasi.
2.     Kepengikutan sebagai elemen penting menjalankan kepemimpinan.
3.     Kemampuan mengubah “Egosentrisme para bawahan menjadi “organisasi-organisasi”.

5.     URAIAN PEMBELAJARAN.
     A.  Pendahuluan.
     Dalam kehidupan sehari-hari sering menyaksikan berbagai aktivitas wirausaha yang tidak terlepas dari sikap kepemimpinan bahkan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi peluang-peluang yang ada dengan mengelola sumber daya yang tersedia.
     Kewirausahaan dan kepemimpinan melekat pada diri manusia yang merupakan khalifah yang diutus oleh Yang Maha Kuasa untuk menjalankan Misi (Amanah) yaitu jujur, adil, dan bertanggung jawab. Pokok bahasan ini akan diuraikan sikap kepemimpinan yang posotif; factor-faktor yang dipertimbangkan dalam memimpin orang lain; dan merumuskan suatu strategi dalam meningkatkan moral kerja karyawan.
A.   Definisi Kepemimpinan.
     Kepemimpinan adalah kemampuan menyakinkan orang lain untuk penetapan tujuan atau sasaran dengan semangat Kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok kea rah tercapainya tujuan (Robbins 1996).
     Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan yang nyata yang mencerminkan tujuan besarnya (J.C. Rost., 1993). Senada dengan yang dikemukakan oleh Richard L. Daft, (1999) bahwa kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk difahami.
Akan tetapi perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan obyektif.
     Kepemimpinan merupakan proses untuk mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja secara antusias dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang berhasil bergantung pada perilaku, ketrampilan, tindakan yang tepat, bukan pada diri pribadi. Berdasarkan definisi Kepemimpinan di atas ada 3 variabel utama yang tercakup di dalam kepemimpinan yaitu :
1.     Kepemimpinan yang melibatkan orang lain. Seorang Wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau mau bekerjasama untuk memajukan perusahaannya.
2.     Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para Wirausaha mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada bawahannya dan diangkat menjadi pemimpin pada bagian tertentu.
3.     Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi harus mampu mempengaruhi karyawannya untuk berperilaku dan bertindak untuk memajukan perusahaan.
Mengacu pada definisi kepemimpinan di atas, maka seorang pemimpin diharapkan mempunyai ketrampilan yaitu :
1.     Ketrampilan Teknis; mengacu pada pengetahuan dan ketrampilan.
2.     Ketrampilan Manusiawi ; kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina kerja tim.
3.     Ketrampilan Konseptual ; kemampuan untuk berfikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas.

B.   Sikap Kepemimpinan Wirausaha.
     Peranan Pemimpinan amat penting dalam mencapai tugas organisasi, namun demikian eksistensi bawahan tidak bias diabaikan begitu saja.
Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan dalam mengajak dan menyakinkan mereka, sehingga para bawahan ikut berpartisipasi terhadap apa yang telah dianjurkan dengan penuh semangat. Pemimpin adalah mempunyai pengertian menggerakkan organisasi lain agar organisasi-organisasi tersebut dengan penuh semangat dan bergairah dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
     Seorang pemimpin adalah motor penggerak dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Dengan kemampuannya seorang pemimpin harus mampu memotivasi dan menyelaraskan tujuan organisasi ke dalam program-programnya. Pendapat Fred Luthans, orang yang satu berbeda dengan yang lainnya selain terletak pada kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada keinginan mereka yang bekerja atau tergantung motivasinya.
     Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi social dalam kehidupan organisasi / kelompok masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap kepemimpinan berada di dalam stuasi social kelompok atau organisasinya. Oleh karena itu situasi social itu selalu berubah dan berkembang, maka proses kepemimpinan tidak mungkin dilakukan sebagai kegiatan rutin yang diulang-ulang. Tidak satupun cara bertindak / berbuat yang dapat digunakan secara persis sama dalam menghadapi dua situasi yang terlihat sama, apabila berbeda dilingkungan suatu organisasi oleh seorang pimpinan. Sehingga satu cara bertindak yang efektif dari seorang pimpinan tidak dapat ditiru secara tepat dengan mengharapkan hasil yang sama efektifnya oleh pimpinan lain. Pada prinsipnya sikap kempimpinan dalam wirausaha dapat dibedakan sebagai berikut :
1.       Kepemimpinan positif ; menekankan imbalan-ekonomik, pendidikan pegawai yang lebih baik, dituntut mandiri dan faktor lain yang membuat motivasi tinggi
2.       Kepemimpinan negatif ; penekanan pada hukuman, kerugian manusiawi, pemimpin  mendominasi dan merasa unggul
Kemudian Ordway Tead mengemukakan ada 10 sikap kepemimpinan dalam wira usaha yaitu :
1.       Energi Jasmani dan Mental
2.       Kesadaran akan Tujuan dan Arah
3.       Antusiasme
4.       Keramahan dan Kecintaan
5.       Integritas
6.       Penguasaan Teknis
7.       Ketergegasan Dalam Mengambil Keputusan
8.       Kecerdasan
9.       Keterampilan Mengajar
10.  Kepercayaan
          Fiedler, (1976) perilaku kepemimpinan secara umum diartikan sebagai tindakan-tindakan khusus dimana seorang pemimpin para anggota kelompok supaya mereka melakukan serta mengkoordinasikan pekerjaan di dalam kelompok mereka. Dalam hal ini meliputi : menjalin hubungan-hubungan kerja, memberi pujian atau hiburan terhadap anggota kelompok atau bawahannya atau menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan karyawan.

D.  Memimpin Orang Lain
        Proses mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin tidak dapat melepaskan diri dari kekuasaan yang dimilikinya. French dan Raven dalam Gibson dkk (1995) mendefinisikan bentuk kekuasaan yaitu reward power (kekuasaan ganjaran), coercive power (kekuatan paksaan), legitimate power  (kekuasaan legitimasi),  expert power  (kekuasaan keahlian) dan refernt power (kekuasaan referent).
        Kekuasaan ganjaran maksudnya kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menyediakan ganjaran/hadiah bagi orang lain. Kekuasaan paksaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk menghukum atau memberi sangsi kepada orang lain dan kekuasaan legitimasi yaitu, kekuasaan karena jabatan atau hierarki dalam organisasi. Sedangkan kekuasaan keahlian adalah kekuasaan khusus yang tidak dimiliki orang lain (bawahan), serta kekuasan referent adalah seseorang karena kepribadian ata kharisma yang dimilikinya.
        Seorang pemimpin adalah panutan bagi yang dipimpin. Jadi keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi adalah penting, karena fungsi pemimpin sebagai motor penggerak dalam proses-proses organisasi, sebagai perumus kegiatan agar proses-proses dalam organisasi berjalan dan terlaksana. Pemimpin disebut juga kader, dalam kata tersebut terkandung beberapa pengertian yang saling berhubungan erat, yakni : bergerak lebih awal, berjalan didepan, mengambil langkah pertama, mempelopori, mengarahkan pikiran, membimbing, menuntun dan menggerakkan organisasi lain melalui pengaruhnya. Dalam kehidupan berorganisasi tidaklah bisa dihindari dua peran, si satu pihak sebagai pemimpin di lain pihak sebagai bawahan.
        Davis (1972) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang-orang lain untuk penetapan tujuan atau sasaran dengan penuh semangat. Peranan perilaku pemimpin yang mendorong menyatukan pengikut/bawahan ke arah tujuan-tujuan tertentu dalam lingkungan tertentu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Robbins, (1996), bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kelompok ke arah tercapainya tujuan.
        Pendapat yang dikemukakan oleh Kastz dan Rosesenzwig, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan bersemangat. Ini adalah suatu faktor manusiawi yang mengikat kelompok secara bersama-sama dan memberikan dorongan (motivasi untuk mencapai tujuan). Kepemimpinan tercipta karena adanya dinamika antar pribadi dan kelompok yang meliputi :
Ø Proses interaksi orang-orang secara langsung dalam kelompok
Ø Memiliki kandungan yang berbeda dari anggotanya
Ø Rapat adalah bentuk aktivitas kelompok dan digunakan untuk mendukung suatu keputusan.
        Keberhasilan kepemimpinan seseorang tidak lepas dari peranan pimpinan secara langsung. Hal ini disebabkan selain sistem atau manajemen yang mendukung keberhasilan kepemimpinan tetapi faktor sifat-sifat pribadi seorang pemimpin juga menentukan keberhasilan kepemimpinan. Keberhasilan seorang pemimpin  pada umumnya diukur dari produktivitas dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Apabila produktivitas naik dan semua tugas dapat dilaksanakan dengan efektif maka dapat disebut sebagai pemimpin yang berhasil.



E.  Strategi Meningkatkan Moral Kerja Karyawan
        Teori kepemimpinan adalah generalisasi satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep   kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinannya, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan. Jadi teori kepemimpinan ada dua pengertian yaitu pemimpin dan kepemimpina itu sendiri.
        Pemimpin adalah orang yang memimpin umumnya pada kelompok yang lebih dari dua orang (organisasi) dan kepemimpinan yang diartikan sebagai kemampuan dan aktivitas seseorang dalam mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk suatu tujuan bersama. Untuk pencapaian tujuan bersama tersebut maka seorang pemimpin harus merumuskan strategi untuk dapat meningkatkan moral kerja karyawan dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan organisasi atau bisnis.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok, sarana membina nilai-nilai manusiawi tertentu serta menghendaki adanya upaya jangka panjang para pemimpin organisasi. Pada prinsipnya tiga gagasan penting dalam partisipasi karyawan yaitu :
Ø  Keterlibatan mental; partisipasi berarti keterlibatan mental dan emosional
Ø  Motivasi; memotivasi orang untuk memberika kontribusi, kesempatan untuk menyalurkan inisiatif dan kreatifitas guna mencapai tujuan organisasi (teori y).
Ø  Menerima tanggung jawab; partisipasi mendorong orang untuk menerima tanggung jawab.

POKOK BAHASAN 3

10.42 0 komentar

KEWIRAUSAHAAN | TRIK UNTUK SUKSES


POKOK BAHASAN 1
KEPRIBADIAN WIRAUSAHA
                                                                                         
                                            
1.     TUJUAN  UMUM
Diharapkan Mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan mengubah perilaku untuk bersikap mental wirausaha.
2.     TUJUAN  KHUSUS.
a.     Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan falsafah wirausaha.
b.    Mahasiswa diharapkan dapat membedakan antara wirausaha dan profesi.
c.     Mahasiswa diharapkan mengubah perilaku bersikap mental wirausaha.

3.  KATA KUNCI  :  Hakekat Wirausaha, Sikap & Profesi.
4.  RANGKUMAN.
       Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam perilakunya.  Ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan, yakni; pertama, wirausahawan sebagai inovator, dimana seorang wirausahawan selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya, kedua,wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang menguntungkan, ketiga, wirausahawan menyukai resiko. Dalam hal ini, jika seorang wirausahawan memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai inovator, sebagai pencari peluang, dan suka akan resiko.
       Berkaitan dengan bakat dan karakteristik yang khas dari kalangan wirausahan, proses menjadi wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia dan intuisinya, masyarakat, dan budaya dimana wirausahawan tersebut berasal. Semangat wirausaha berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.
5.  URAIAN PEMBELAJARAN
      
A.  Pendahuluan.
     Karakteristik yang khas dari kelompok usaha kecil, terutama yang menyangkut bakat (personality traits), bagaimana seorang wirausahawan memulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah terus menerus (open-ended changes). Keberhasilan usaha kecil, sering kali dikaitkan dengan bakat yang dimiliki oleh pengusaha (pemilik Usaha), bukan oleh faktor-faktor lain. Hal ini kiranya tidak berlebihan karena kenyataan menunjukkan bahwa mayoritas wirausahawan tidak berpendidikan tinggi, sehingga faktor pendidikan bukan merupakan hal penting bagi studi wirausaha (entrepreneurship).
     Beberapa keuntungan yang akan diperoleh dengan berwirausaha yaitu :
1.     Meningkatnya harga diri.
2.     Memperoleh penghasilan untuk diri sendiri.
3.     Ide dan motivasi yang timbul untuk maju besar.
4.     Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung kepada orang lain.
Dalam Kaitannya dengan upaya untuk mempertahankan usaha, seorang wirausaha memerlukan suatu strategi positioning yang kuat secara konsisten dalam suatu lingkungan persaingan yang dinamis. Hal ini memerlukan suatu perbaikan yang berkelanjutan. Disisi lain perubahan yang terjadi merupakan perubahan paradigma persaingan yang bersifat tidak terus menerus (discontinuous). Pokok bahasan ini menjelaskan tentang falsafah / hakekat wirausaha, wirausaha dan profesi, serta sikap mental wirausaha.
B.   Falsafah / Hakekat Wirausaha.
     Kewirausahaan adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi peluang-peluang usaha dengn mengelola sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu kewiraushaan melekat pada diri manusia, sementara keberadaan manusia di dunia ini merupakan mahluk utama dan titik sentral berkembangnya peradaban masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, ada 4 elemen pokok yang perlu disadari akan eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah / hakekat wirausaha yaitu :
1)    Hakekat Keberadaan Manusia, adalah pekerja dan tanpa bekerja fungsi diri sebagai manusia mahluk utama di muka bumi akan kehilangan makna, dengan demikian bekerja adalah indikator eksistensi manusia.
2)    Kewajiban Manusia dalam hidupnya, Manusia dalam hidupnya wajib bekerja, artinya bekerja disini adalah berbuat sesuatu agar kehidupan lebih bermakna atau berperadaban, karena manusia bekerja untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup. Dengan bekerja kehidupan lebih bergairah, dinamis dan menyenangkan sehingga keberadaan diri manusia menjadi nyata dan bernilai.
3)    Etos Kerja, merupakan salah satu unsur inner dynamic factor (faktor dinamika yang berada dalam diri manusia). Dengan etos kerja. Bekerja berarti menghasilkan sesuatu baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam hubungan tersebut ada 2 (dua) variabel pengukur hasil kerja yaitu : (1) Manfaat / kegunaan,  (2) Pruduktivitas.
4)    Kebutuhan hidup, Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup. Dari perjalanan peradaban manusia, kebutuhan manusia mengalami proses perkembangan dan sangat beragam.

 C.           Pengertian  Wirausaha dan Profesi.
      
Wirausaha terdiri atas 3 kata yaitu Wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan / pendekar kemajuan dan memiliki keagungan watak;  Swa  artinya sendiri; dan  Sta  artinya berdiri. (Soemanto, 1984). Dengan demikian secara etimologis wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan masalah hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
     Wirausaha (Entrepreneur) adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. (Joseph, 1994). Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah kegiatan individu atau kelompok yang membuka usaha baru dengan maksud memperoleh keuntungan (Profit), memelihara usaha dan membesarkannya, dalam bidang produksi atau distribusi barang dan jasa.
     Wirausaha adalah sebagai manifestasi dari kemampuan dan kehendak dari individu-individu, terhadap organisasinya baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk tim, di dalam dan diluar organisasi, untuk merasakan dan menciptakan peluang ekonomi baru (produk baru, metode baru. Skema organisasi baru dan kombinasi poduk pasar yang baru), dan memperkenalkan gagasan-gagasan mereka di pasar dalam menghadapi kendala dan ketidakpastian pasar, dengan cara membuat keputusan terhadap lokasi, bentuk dan penggunaan sumber daya dan institusi (Wenneker dan Thurik dalam Carre dan Thurik, 2002).
     Wirausahawan merupakan individu yang sangat spesifik dalam perilakunya. Schumpeter, Kirzner dan Knight dalam Carre dan Thurik (2002) mengemukakan bahwa ada tiga peranan yang menonjol dari seorang wirausahawan, yakni :
1)    Wirausahawan sebagai Innovator, dimana seorang wirausahawan selalu mencari kombinasi sumberdaya dalam menjalankan usahanya.
2)    Wirausahawan sebagai individu yang mencari peluang yang menguntungkan.
3)    Wirausahawan menyukai resiko.
     Dalam hal ini, jika seorang wirausahawan memulai usaha baru dengan produk baru, maka ia dapat dikatakan memiliki ketiga peranan tersebut, yaitu peranan sebagai inovator, sebagai pencari peluang, dan suka resiko.
     Berkaitan dengan bakat dan karateristik yang khas dari kalangan wirausahawan, Morrison (2000) mengemukakan bahwa proses menjadi wirausahawan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia dan intuisinya, masyarakat, dan budaya dimana wirausahawan tersebut berasal. Kirzner (dalam, Morrison 2000) menyakini bahwa sumber wirausaha berasal dari semangat individu itu sendiri yang tercermin dengan jelas dalam menghadapi ketidakpastian dan persaingan.
     Wirausaha adalah kegiatan memindahkan sumberdaya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi dan hasil yang lebih besar (Drucker, 1985). Definisi tersebut terus berkembang sampai sekarang, sehingga Drucker menyimpulkan bahwa wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan suatu produk yang tadinya biasa-biasa saja tetapi dengan penerapan konsep manajemen dan teknik manajemen (yaitu dengan bertanya nilai apa yang berharga bagi pelanggan), standarisasi produk, perancangan proses dan peralatan, dan dengan mendasarkan pelatihan pada analisis pekerjaan yang akan dilakukan serta menetapkan standar yang diinginkan sehingga meningkatkan hasil sumberdaya yang ada dan menciptakan pasar serta pelanggan baru.
     Berdasarkan pendapat Drucker tersebut dapat dikemukakan bahwa tidak semua hal baru, kecil dan milik sendiri sebagai wirausaha, akan tetapi kemampuan untuk meningkatkan produktivitaslah yang disebut sebagai wirausaha. Kao (1995) juga menyebut wirausaha sebagai suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
     Siagian et al. (1999) mengemukakan bahwa wirausaha adalah kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai dan prinsip serta sikap, kiat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun ciri-ciri pokok yang sangat menentukan keberhasilan seorang wirausahawan adalah :
1.     Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal) atau visi dalam usaha.
2.     Kemampuan untuk mengambil resiko keuangan dan waktu.
3.     Memiliki kemampuan di bidang perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaannya.
4.     Bekerja keras dan melakukan sesuatu yang diperlukan dan mampu mencapai keberhasilan.
5.     Mampu menjalin hubungan baik dengan para pelanggan, karyawan, pemasok, banker, dll.
Sedangkan Abrahamso (1989), menyatakan ada 5 ciri-ciri wirausahawan yang berhasil yaitu :
1.     Drive yang kuat (motivasi untuk maju), yaitu orang yang memiliki sifat bertanggung jawab, gat, inisiatif, tekun dan ambisi untuk maju.
2.     Mental Ability (Kemampuan Mental) meliputi : IQ, berfikir kreatif dan berfikir analitis.
3.     Human Relation Ability (kemampuan menjalin hubungan antar manusia) meliputi : Pengendalian diri, kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan bergaul.
4.     Communication Ability (kemampuan berkomunikasi)
5.     Technical Knowledge (Pengetahuan Teknis)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang wirausahawan yang berhasil memiliki motivasi untuk maju, mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikasi dan memiliki pengetahuan teknis yang baik dalam menciptakan nilai tambah dari peluang usaha yang ada.

D. Sifat Wirausaha dan Kebiasaan.
     Sikap dan perilaku pengusaha dan karyawannya merupakan bagian penting dalam etika wirausaha. Adapun sikap dan perilaku yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha adalah sebagai berikut :
1.     Jujur dalam bertindak dan bersikap.
2.     Rajin, tepat waktu dan tidak pemalas.
3.     Selalu murah senyum
4.     Lemah lembut dan ramah tamah
5.     Sopan santun dan hormat
6.     Selalu ceria dan pandai bergaul.
7.     Fleksibel dn suka menolong pelanggan
8.     Serius dan memiliki rasa tanggung jawab.
9.     Rasa memiliki usaha yang tinggi
Wirausahawan adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mendapatkan keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan kesuksesan. Para wirausahawan juga disebut sebagai individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, bermotivasi tinggi dan  berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya. Meredith (1988) merinci ciri dan watak seorang wiraushawan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Daftar Ciri dan Watak Wirausaha.
Ciri – Ciri
W a t  a k
Percaya Diri
Keyakinan, tidak tergantungan, individualitas, optimisme
Berorientasi Tugas & Hasil
Kebutuhan  Persepsi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan (motivasi) kuat, energitik, dan inisiatif.
Pengambil Resiko
Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan
Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik
Keorisinilan
Inovatif dan kreatif, punya banyak sumber, serba bisa, dn mengetahui banyak hal
Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, dan perspektif
     Sumber : Meredith, The Practice of Entrepreneurship (1998).
     Dilihat dari aspek kejiwaan, wirausaha adalah jiwa seseorang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang diperlukan untuk memperoleh manfaat dari peluang dan memulai kegiatan yang sesuai untuk meraih keberhasilan.
     Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki tindakan kreatif membangun nilai dari suatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang nampak. Hal tersebut merupakan upaya untuk mengejar kesempatan tanpa peduli terhadap ketersediaan sumberdaya atau ketiadaan sumberdaya di tangannya. Hal ini membutuhkan visi, kegemaran dan komitmen untuk mencapai visi tersebut.
     Seorang wirausahawan terlepas apakah dia bawaan sejak lahir atau dari proses pengembangan, pada umumnya memiliki ciri-ciri : gemar berusaha, tegar walaupun gagal, percaya diri, memiliki self determination atau locus of control, mengelola resiko, perubahan dipandang sebagai kesempatan, toleran terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki need for achievement, kreatif, perfeksionis, memiliki pandangan luas, waktu adalah berharga, dan memiliki motivasi yang kuat (Lambing dan Kuehl, 2000)
     Gede Prama (Swa 09/XI/1996), merinci beberapa jiwa dan kemampuan yang biasanya ada pada diri seorang wirausahawan, diantaranya adalah :
a.     Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (The change creator).
b.     Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antar orang maupun antar fenomena kehidupan, sebagai peluang dibanding sebagai kesulitan.
c.      Wirausaha cenderung jenuh terhadap segala kemampuan hidup, untuk kemudian bereksperimen dengan pembaruan-pembaruan.
d.     Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.
e.      Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.
     Banyak contoh yang menunjukkan bahwa keberhasilan wirausaha sering dikaitkan dengan kemampuan wirausahawan dalam menghadapi permasalahan lingkungan usahanya (Birley dan Westhead, 1993) sifat kepribadian atau bakat (Naffziger, 1995; Littunen, 2000; Baron dan Markman, 2003), Peluang usaha (Eckhardt dan Shane, 2002; Ardichvili et al, 2003) dan motivasi dalam memulai usaha (Gray, 1990; Collins et al, 2000; Shane et al, 2003).
     Kemampuan mengatasi permasalahan juga dikaitkan dengan kemampuan wirausahawan untuk belajar (Deakin, dan Freel, 1998; Rae 2000; Minniti, dan Bygrave, 2001) baik melalui proses pendidikan dan pelatihan (Ulrich dan Cole, 1999) maupun dari pengalaman (Henderson, 1993; Rae, 1999; Cope dan Watts, 2003) dan bimbingan pihak lain (Brown, 1990; Mumford, 1995; Sulivan, 2000).